Ibn Abbad ar-Rundi, dari Spanyol, salah satu pengikut tarekat Syadziliyyah ini, merepresentasikan sisi yg agak lain dari sufi tarekat pada umumnya. Beliau mewakili kencenderungan intelektual dan kontemplatif dalam bertasawuf.Beliau masuk ke dunia Sufi secara intensif melalui seorang sufi di luar tarekat, yakni Syekh Ibn Asyir (tokoh penting dalam kebangkitan Tasawuf di luar tarekat di kawasan Afrika, terutama Fez, Maroko). Beliau banyak memberi nasihat ruhani dan menjadi Imam dan Khatib Qayrawiyin di Fez, sebuah lembaga ilmu keagamaan Islam tertua dan paling bergengsi di kawasan Afrika Utara. Pada masanya, di kawasan Afrika Utara juga sedang terjadi gejolak, dan banyak orang yg kebingungan untuk mendapatkan pembimbing ruhani yg sejati, karena sebagian ulama mulai bererbut pengaruh kekuasaan. Pada saat itu muncul pertanyaan apa yang harus dilakukan oleh orang yg ingin menempuh jalan taasawuf namun situasinya sangat menyulitkan (karena kemaksiatan sudah semakin parah) dan sulit menemukan pembimbing ruhani yang benar. Apakah perlu menunggu, atau menyibukkan diri dengan mencari ke sana kemari?
Menurut Ibn Abbad. pembimbing ruhani yg sejati adalah anugerah dari Allah. Maka akan sia-sia jika seseorang hanya diam menunggu tanpa melakukan aktivitas keruhanian. Salah satu cara awal, menurut beliau, adalah menyucikan niatnya. Seseroang yang menginginkan kehadiran Allah dalam hatinya membutuhkan kebenaran yang sesungguhnya.Sang pencari mesti menjauhi perdebatan yang sia-sia atau hanya mencari menang sendiri, seperti yg kerap dilakukan para ahli teologi pada zaman itu. Dan yg penting adalah sang pencari harus mengamalkan apa yg diperintahkan oleh Nabi dengan sungguh-sungguh sambil terus berdoa agar dipertemukan dengan Baca lebih lanjut